Perjalanan Pertemanan Setelah Sembilan Tahun
Sudah Sembilan tahun sejak gue berpisah dengan Daniati. Gue masih inget betapa hari itu gue sangat amat sedih karena Ketika gue ke Bandung udah ngga ada dia lagi.
Waktu berlalu, gue pun menjalani
kehidupan baru dan demikian pula dia. Tenggelam dalam kesibukan masing-masing
dan circle pertemanan yang udah beda. Kami jarang komunikasi. Karena jujur aja
gue emang ngga nyimpen no wasap Daniati, dan Sebagian eks temen kuliah gue.
Karena gue sering ganti gadget dan nomor telepon. Terutama dulu, jaman kuota
masi pake nomer copotan dan ngga harus daftar pake KTP dan KK.
Sembilan tahun berlalu, sekarang
Daniati pindah Kembali ke kampung halaman, bersama suami dan anak gadis
kecilnya yang cantik kaya boneka India. Namanya Tanisha. Muka Tanisha cantik
dengan idung mancung dan bibir tips khas klan Hamdan yang lain. Mulai tahun ini
juga gue berkomunikasi Kembali dengan Daniati melalu Whatsapp. Dengan cerita
baru seputar perkembangan Tanisha.
Perkembangan Tanisha jadi topik
utama perbincangan kami. Kadang disela-sela kami ngobrolin kerjaan. Materi yang
menurut gue menarik banget buat dibahas. Biasanya gue bakal dapet insight baru
kalo ngomongin kerjaan. Saat ini dia berprofesi sebagai staff admin sekaligus
merangkap sebagai guru Bahasa Melayu di salah satu Sekolah Dasar Negeri di
Pulau Moro, Kepulauan Riau.
Berhijrah
Hal yang paling membahagiakan gue
saat berkomunikasi dengan Daniati adalah karena dia sedang berusaha berhijrah.
Gue udah melihat hal ini selama beberapa tahun kebelakang. Semua orang berhak
untuk membuka lembaran baru yang bersih bagai kertas kosong.
Setiap orang berhak menjadi versi
terbaik dari dirinya.
Gue selalu Bahagia dengan hal
ini, dia menjalani peran barunya sebagai ibu, istri dan juga guru untuk
anak-anak disana. Kadang gue merasa, doa paling serius dan penuh kerinduan Ayah
Hamdan sedang dikabulkan Tuhan. Meskipun butuh waktu dalam pengabulan doanya.
Tapi doa baik pasti dikabulkan dalam waktu yang baik.
Gue sempet terharu denger kisah
mereka saat pulang berlebaran dari Tanjung Balai beberapa saat yang lalu.
Tanisha nangis sepanjang jalan dan mereka harus bermalam di Pulau Buru,
besoknya mereka melanjutkan perjalanan untuk balik ke Pulau Moro. Disana,
mereka duduk dibagian belakang kapal, supaya Tanisha dapat tempat yang tenang
dan bisa tenang di gendongan orang tuanya. Sampai nanti mereka sampai ke Moro.
Tanisha adalah bayi yang nggak
suka keramaian. Dia lebih suka berada di lingkungan hangat keluarga kecilnya
yang sudah dia kenal. Manusia memang berbeda-beda bahkan dari Bayi. Tapi kadang
gue mikir, karena hidup adalah proses Panjang yang penuh didikan dari
pengalaman. Nggak menutup kemungkinan Tanisha dewasa kelak akan jadi anak yang
suka bersosial seperti ibunya.
Ibunya adalah, tempat kami pulang
saat kami di Bandung dulu.
Atau bisa aja dia jadi anak
pendiam yang lebih suka berbicara dengan pikirannya.
Nggak ada yang salah, Tanisha
adalah manusia seperti aku dan kamu. Kelak kisahnya bakal Panjang banget
seperti kisah hidup kita sampai hari ini.
Semoga Tanisha selalu sehat,
selalu kuat dan jadi lebih baik daripada kami semua.
Semoga apapun yang terjadi
Daniati selalu istiqomah dengan hijrahnya. Semoga Daniati mendapat cinta
terbaik dimanapun dia berada.
Komentar